Benteng Gunung Biram Sebagai Pertahanan Kerajaan Aceh Darussalam Di Gampong Lamtamot Kecamatan Lembah Seulawah Aceh Besar

Skripsi ini berjudul “Benteng Gunung Biram Sebagai Pertahanan Kerajaan Aceh Darussalam di Gampong Lamtamot Kecamatan Lembah Seulawah Aceh Besar”. Rumusan permasalahan yaitu mengenai bagaimana sejarah dan fungsi Benteng Gunung Biram, lalu bagaimana bentuk, bahan dan struktur Benteng Gunung Biram, serta kondisi Benteng Gunung Biram saat sekarang. Metode yang digunakan adalah metode penelitian arkeologi, yakni: teknik pengumpulan data dengan pejajagan, survei, dan wawancara. Analisis dilakukan dengan analisis morfologi, teknologi dan kostektual. Dari hasil penelitian diketahui bahwa Benteng Gunung Biram adalah benteng terakhir pertahanan kerajaan Aceh saat melawan Belanda dan juga digunakan sebagai masjid dan tempat perkumpulan para pejuang kesultanan Aceh yang tersebar di sekitar Lembah Seulawah. Disebutkan, warga mengangkat Teungku Chik Di Tiro, di Benteng Gunung Biram sebagai panglima perlawanan terhadap kolonial Belanda sejak itu dan melakukan perlawanan tanpa henti hingga beliau syahid di Aceh Besar. Pada Benteng Gunung Biram memilki struktur berbentuk persegi dengan empat sudut yang mengarah ke Utara, Selatan, Barat dan Timur. Struktur bangunannya terdiri dari susunan bebatuan yang menjulang tinggi sepanjang 3,6 m, serta terdapat unsur kapur dan tanah yang mengeras pada sudut-sudut benteng dengan kekerasan 75%. Kondisi situs cagar budaya, Benteng Gunung Biram yang terletak di Gampong Lamatamot dinilai sangat memprihatinkan, baik dilihat dari struktur maupun fisiknya. Padahal Benteng ini mempunyai nilai sejarah yang sangat penting bagi rakyat Aceh pada masa lalu dan di masa yang akan datang.