Citra kota dibutuhkan untuk memperkuat identitas dan wajah kota sehingga kota tersebut memiliki daya tarik. Menurut Kevin Lynch citra kota, dibentuk dari beberapa elemen fisik yakni: landmarks, edges, path, nodes, dan districts. Kota Banda Aceh salah satu kota tertua yang memiliki kawasan kota lama yaitu Kecamatan Baiturrahman yang didominasi oleh jejak-jejak bangunan peninggalan sejarah dari periode Kesultanan dan Kolonial Belanda. Bangunan-bangunan peninggalan sejarah ini, sering kali diidentikkan dengan citra sebuah kota. Maka dari itu, peneliti ingin mencari tahu bagaimana persepsi masyarakat terhadap citra kota dan bangunan peninggalan sejarah pada masa Kolonial Belanda. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis beragam persepsi yang timbul terhadap citra kota melalui bangunan peninggalan sejarah
Metode Penelitian yang digunakan adalah Deskriptif Kualitatif. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, observasi, dan studi pustaka. Pemilihan sampel penelitian dilakukan berdasarkan pembagian kategori umur. Metode analisis data dilakukan dengan membandingkan informasi yang diperoleh dengan studi literature terkait.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa Citra Kota Banda Aceh sebagai kota bersejarah cukup kuat dalam penilaian masyarakat Kota Banda Aceh. Hal ini karena terdapat beragam objek peninggalan sejarah pada masa kolonial belanda di Kecamatan Baiturrahman. Kehadiran bangunan peninggalan sejarah pada masa kolonial di Kota Banda Aceh memberikan dampak baik yaitu sebagai bukti sejarah, pengetahuan, dan objek wisata yang membantu peningkatan pendapatan daerah. Saran dan harapan masyarakat agar pemerintah memberikan papan informasi, rambu dan petunjuk tambahan agar semua wisatawan yang berkunjung menjadi lebih jelas dalam mendapatkan informasi.