Pasca penerapan syari’at Islam, secara umum relasi muslim dengan Non muslim di Aceh terutama dalam aspek sosial kemasyarakatanberlangsung harmonis. Keharmonisan dalam aspek ini disebabkan oleh beberapa faktor antara lain: kekeluargaan (kekerabatan); kesamaan suku, budaya dan adat istiadat; aturan yang disepakati antar pemeluk agama; kebiasaan bermusyawarah; sikap gotong royong;dan sikap saling menghargai dan menghormati yang masih melekat pada masyarakat Aceh. Sekalipun demikian, dalam beberapa kasus, masih terdapat semacam “ketegangan” hubungan antara muslim dan non muslim yang disebabkan oleh aspek internal agama, seperti fanatisme yang berlebihan dan kedangkalan dalam memahami ajaran agama masing-masing, maupun aspek eksternal misalnya, aspek politis, ekonomi dan hukum. Dalam aspek politik,ketegangan antar umat beragama sering terjadi pada saat suksesi pilkada atau saat pengambilan kebijakan.Sementara pada aspek hukum ketegangan dapat terjadi pada saat satu kelompok penganut agama tidak patuh pada aturan tentang pendirian rumah ibadah. Selain itu kesenjangan ekonomi dalam masyarakat juga menjadi salah satu faktor pemicu.