Analisis Kedudukan Bai’ Al- Wafa’ dalam Perspektif Fiqh Muamalah

Nur Faizah, 121310016 (2018) Analisis Kedudukan Bai’ Al- Wafa’ dalam Perspektif Fiqh Muamalah. Skripsi thesis, UIN Ar-Raniry Banda Aceh.

[thumbnail of Membahas tentang Bai' Al- Wafa']
Preview
Text (Membahas tentang Bai' Al- Wafa')
Nur Faizah.pdf - Published Version
Available under License Creative Commons Attribution.

Download (1MB) | Preview
[thumbnail of Form B dan D.pdf]
Preview
Text
Form B dan D.pdf
Available under License Creative Commons Attribution.

Download (522kB) | Preview

Abstract

Bai’ al-wafa’ adalah salah satu bentuk jual beli yang telah dipraktekkan sejak abad ke- 5 H, yang mana jual beli ini adalah jual beli yang dilakukan oleh dua pihak yang salah satunya menjual barang kepada pihak lain dengan syarat bahwa barang yang telah dijual dapat dibeli kembali oleh pihak pertama dengan harga pertama pula. Biasanya barang yang diperjualbelikan dalam jual beli ini adalah barang yang tidak bergerak, seperti tanah, sawah dan lain-lain. Dalam pelaksanaan akad bai’ al-wafa’ ini terdapat beberapa perbedaan pendapat antara ulama. Mereka melarang akad ini karena salah satu alasan tidak diperbolehkan akad ini adalah akad bai’ al-wafa’ sama dengan akad rahn, yaitu di mana apabila dilihat dari segi barang yang menjadi jaminan harus kembali kepada pihak pertama sampai tempo waktu yang dijanjikan. Ulama Hanafiyah, membolehkan praktek bai’ al-wafa’ ini karena syarat dalam jual beli sudah terpenuhi yaitu ijab dan kabul di mana dengan adanya ijab dan kabul tersebut sudah adanya unsur ridha sehingga akad tersebut dianggap sah. Selain itu, akad ini ada ataupun berkembang untuk menghindari dari praktek riba dalam pinjam-meminjam. Penelitian ini bertujuan untuk menjawab permasalahan bagaimana kedudukan bai’ al-wafa’ dalam fiqh muamalah dan bagaimana relevansi bai’ al-wafa’ pada masa sekarang ini. Penulisan skripsi ini menggunakan metode deskriptif. Pengumpulan data dilakukan melalui penelitian kepustakaan (library research). Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa ulama Hanafiyah membolehkan akad tersebut. Pembolehan akad ini berdasarkan istihsan ‘urf yaitu sesuatu yang dianggap baik dan telah dijalankan oleh suatu masyarakat. Akad ini juga memberi keuntungan kepada para pihak di mana masing-masing pihak mendapat kembali barang miliknya yaitu pihak pembeli mendapat kembali uangnya, sedangkan pihak penjual mendapat barangnya dan juga akad ini tidak memberikan mudharat kepada salah satunya. Praktek bai’ al-wafa’ pada zaman sakarang masih dijalankan namun masyarakat menjalankannya dengan memakai akad rahn. Sehingga akad ini dianggap masih relevan untuk dijalankan oleh masyarakat karena akad ini sampai sekarang masih dijalankan walaupun dengan penamaan akad rahn namun praktek yang dilakukan adalah akad bai’ al-wafa’.

Item Type: Thesis (Skripsi)
Additional Information: Pembimbing: 1. Dr. Tarmizi M. Jakfar, M. Ag 2. Mamfaluthy, S. Hi., MH
Uncontrolled Keywords: Analisis, Bai'al-wafa', Perspektif, Fiqh Muamalah
Subjects: 200 Religion (Agama) > 297 Islam > 2X4 Fiqih > 2X4.2 Mu'amalat > 2X4.21 Jual Beli (Murabahah)
Depositing User: Ms. Nur Faizah
Date Deposited: 15 Mar 2018 03:53
Last Modified: 15 Mar 2018 03:53
URI: https://repository.ar-raniry.ac.id/id/eprint/2924

Actions (login required)

View Item
View Item