Teori resolusi konflik menciptakan transformasi konflik destruktif beralih menjadi konstruksi perlakuan konflik khususnya masa-masa puncaknya kekerasan ataupun penindasan. Keadaan darurat menginspirasikan jalan tengah menuju eskalasi konflik dalam menghasilkan kegigihan atau transisi de-eskalsi konflik, baik negosisai pemukiman konflik maupun membangun legitimasi institusi manajemen konflik, mempertahankan rasa pemerataan, hasil dari prilaku lama untuk mencapai butiran-butiran kesepakatan masa depan. Hal ini memberika arti penting pada setiap penyelesaian eskalasi dan de-eskalasi tahapan konflik.