Perubahan zaman dan keberlimpahan informasi telah berdampak pada berbagai lini pemahaman dan pemaknaan terhadap jati diri. Perubahan moral dan ketimpangan rentan dinormalisasi dengan berbagai pemahaman masing-masing, serta membenarkan ketimpangan dengan dalih bahwa hal tersebut merupakan fitrah. Hal timpang tersebut menjadi sebuah tantangan tersendiri agar dapat diungkapkan bagaimana sebenarnya agama tidak membenarkan bahwasanya hal yang dianggap fitrah tersebut (seperti ketimpangan orientasi seksual) dapat dibenarkan dengan pernyataan bahwa hal tersebut merupakan fitrah. Bagi umat Islam, perlu merujuk kembali bagaimana aturan agama mengatur dan memberitahu tentang fitrah manusia, serta batasan-batasan yang ada. Sehingga dibutuhkan penggalian makna terhadap fitrah dalam Al-Quran. Penelitian ini merupakan kajian kepustakaan yang menggunakan pendekatan kualitatif. Bertujuan mengkaji secara deskriptif analitis pemikir muslim dan barat terhadap pemikiran mereka tentang fitrah, serta melihat pemaknaan fitrah yang ada dalam Al-Quran dengan menelusuri jawaban terhadap rumusan masalah tentang, bagaimana diskursus fitrah dalam pandangan cendikia Islam dan barat, serta bagaimana pandangan dan pemaknaan fitrah yang ada dalam Al-Quran. Hasil penelitian dalam skripsi ini menunjukkan bahwa, dalam dunia keilmuan Islam terdapat beberapa pandangan terkait Fitrah, diantaranya positive, fatalis dan Netral. Sedangkan di barat terdapat pandangan seperti, nativisme, empirisme, dan konvergensi. Dalam Al-Quran, fitrah dapat diklasifikasikan kepada tiga bagian, diantaranya fitrah Islam, fitrah tauhid, dan fitrah ibadah.