Penjualan ternak di Pasar Sibreh telah memiliki legalitas yang kuat, yang operasionalnya dibawah pengawasan Dinas Pertanian Aceh Besar. Secara regulatif pihak penjual diharuskan menjual ternak yang berkualitas termasuk kesehatannya. Di Pasar sibreh tersedia fasilitas tempat untuk pengecekan kesehatan ternak sebelum dijual sebagai bentuk perlindungan konsumen dari potensi risiko membeli ternak yang tidak sehat baik untuk dikonsumsi maupun untuk dipelihara. Penelitian ini mengkaji bagaimana potensi dan identifikasi gharar pada transaksi jual beli ternak di Pasar Sibreh, upaya konsumen memperoteksi diri untuk mengantisipasi pembelian ternak yang tidak memenuhi standar kesehatan, dan perlindungan konsumen pada pembelian ternak di Pasar Sibreh menurut akad jual beli dan UU No. 41 Tahun 2014. Riset ini menggunakan pendekatan sosiologis yuridis dan jenis penelitian deskriptif analisis, dengan teknik pengumpulan datanya melalui wawancara dan dokumentasi. Hasil penelitian yang diperoleh yaitu potensi dan identifikasi gharar pada transaksi jual beli ternak di Pasar Sibreh adalah ketidakjelasan tentang kualitas ternak dan ketidakjelasan informasi yang akurat tentang kondisi ternak. Upaya konsumen memproteksi diri untuk mengantisipasi pembelian ternak yang tidak memenuhi standar kesehatan hewan oleh dinas pertanian dan pihak penjual belum dapat memaparkan tentang kondisi dalam bentuk surat ataupun kartu yang dapat diakses informasi tentang kondisi dan kesehatan ternak oleh pembeli. Perlindungan konsumen pada pembelian ternak di Pasar Sibreh dalam tinjauan akad jual beli dan undang-undang nomor 41 tahun 2014 tentang peternakan dan kesehatan hewan adalah fasid karena tidak memenuhi syarat yang telah ditentukan dan kesehatan hewan yang diperjualbelikan tidak sesuai dengan standarisasi yang telah ditetapkan.