Shalat merupakan ibadah rutinitas yang wajib dilakukan oleh setiap mukalaf dan tidak terdapat satupun nash yang membolehkan meninggalkannya kecuali bagi wanita yang haid atau nifas. Meskipun demikian, ketika memiliki uzur syar’i seorang mukalaf diberi beberapa rukhsah dalam pelaksanaannya. Namun hampir semua masyarakat Gampong Paya Demam Peut melaksanakan konsekuensi meninggalkan shalat kepada rukhsah syar’i selain yang telah ditetapkan dalam hukum fiqh yaitu dengan cara melaksanakan tradisi adat tulak breuh. Penelitian ini mengkaji tentang pemahaman masyarakat terhadap ayat-ayat shalat dan konsekuensi bagi yang meninggalkan shalat menurut masyarakat Gampong Paya Demam Peut. Data penelitian diperoleh melalui wawancara dan observasi. Selanjutnya dianalisis secara kualitatif deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemahaman masyarakat Gampong Paya Demam Peut terhadap ayat-ayat shalat dapat dikategorikan dalam tiga tingkatan pemahaman yaitu rendah, sedang dan tinggi. Selanjutnya pemahaman masyarakat tentang konsekuensi bagi yang meninggalkan shalat berbeda dengan apa yang disebutkan dalam hukum fiqh yaitu dengan melaksanakan tradisi adat tulak breuh. Terdapat beberapa alasan masyarakat melaksanakan tradisi adat tulak breuh diantaranya; sekedar ikut tradisi, didasari keyakinan diri sendiri, atau dengan tujuan lain yaitu menghindari dari judgment sosial.