Dalam Islam, tujuan akhir manusia adalah mencapai ketaatan dan kepatuhan kepada Allah, yang tidak bertentangan dengan ajaran Islam. Al-Ghazali mengatakan maqāṣid al-khalq adalah tujuan manusia dapat meliputi hal-hal seperti mencapai kebahagiaan, memenuhi kebutuhan materi, mencapai kesuksesan pribadi, memperoleh kedamaian batin, dan sebagainya. Namun, dalam konteks Islam, tujuan manusia tidak hanya dibatasi pada aspek subjektif tersebut. Berbicara tujuan manusia (Maqāṣid al-khalq) berpoligami harus dilihat apakah tujuan seseorang dalam melakukan poligami sejalan dengan syariat? Poligami tidak bisa dikatakan mafsadat semuanya. Karena pada sebagian kasus seseorang yang melakukan poligami memang dengan tujuan-tujuan tertentu. Namun tujuan tersebut apakah sesuai dengan ketentuan maqāṣid al-syar‘iyyah?. Untuk itu perlu menganalisis tarjih maslahat yang menolak kerusakan lebih utama daripada mewujudkan maslahat melalui uji validitas maqāṣid al-khalq. Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah untuk menganalisis hakikat poligami dalam perspektif maqāṣid al-khalq. dan untuk melihat kesejalan maqāṣid li al-Syāri‘ dan maqāṣid al-khalq dalam konteks hukum poligami. jenis penelitian ini merupakan penelitian normatif dan disebut juga penelitian kepustakaan (Library Research). Hasil penelitian ini; pertama, berdasarkan validitas Maqāṣid al-khalq membuktikan bahwa banyaknya efek maslahat yang dihasilkan. Hal ini, sesuai dengan 4 tahap tarjih yang tidak bertentangan dengan ketentuan al-maqāṣid al-syar‘iyyah. kedua, Khitab Allah Swt merupakan penetapan hukum yang tidak boleh dianulir. Jadi, Ketika Allah menetapkan hukum boleh berpoligami (al-maqāṣid al-syar‘iyyah), dan manusia melakukan poligami (maqāṣid al-khalq) sejalan dengan ketentuan syar’i melalui hukum waḍ’i. maka tujuan manusia (maqāṣid al-khalq) tidak dipandang mengikuti hawa nafsu.