Angka stunting di Kota Subulussalam setiap tahunnya mengalami peningkatan, sejak tahun 2019 s.d 2022 angka stunting naik menjadi 17%. Tujuan penelitian dalam skripsi ini yaitu untuk mengetahui bagaimana kebijakan pemerintah Kota Subulussalam dalam penanganan stunting serta tantangan pemerintah subulussalam dalam penanganan stunting. Metode penelitian dalam skripsi ini menggunakan penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Kebijakan penanganan stunting oleh pemerintah Kota Subulussalam bertujuan untuk mengatasi masalah stunting secara langsung dengan langkah- langkah konkret. Ini termasuk pemberian insentif fiskal, peningkatan koordinasi, tata kelola, intervensi sensitif, dan spesifik. Pada tahun 2023, pemerintah kota menargetkan penurunan angka stunting sebesar 13,02% dengan meningkatkan akses ibu hamil, kesadaran masyarakat tentang gizi seimbang, dan alokasi anggaran khusus. Program implementasi dipimpin oleh DP3AKB, dengan fokus pada pencegahan lebih dari pengobatan, termasuk pendataan ibu-ibu Kekurangan Gizi Kronis dan program prioritas Bapak Asuh Anak Stunting (BAAS), memastikan penanganan yang holistik. Tantangan dalam penanganan stunting di Subulussalam adalah persepsi masyarakat bahwa tanggung jawabnya hanya pada Dinas Kesehatan (Dinkes), menyebabkan keegoisan dan harapan akan solusi instan. Hal ini menyulitkan DP3AKB dalam menghadapi permintaan masyarakat. Namun, penurunan stunting membutuhkan kerjasama antara seluruh komponen masyarakat dan kesadaran akan pentingnya partisipasi aktif untuk upaya berkelanjutan.