Al-Qur’an dalam bentuk sajak merupakan hal yang unik dan menarik. Penerjemahan Al-Qur’an kedalam bahasa Aceh dalam bentuk sajak dilakukan oleh seorang ulama Tgk. Mahjiddin Yusuf. Seiring berkembangnya zaman, eksistensi karya besar ini belum banyak dikenal dan dibaca luas oleh masyarakat termasuk lembaga pengkaji Al-Qur’an di UIN Ar-Raniry. Untuk itu, penelitian ini mengungkap pandangan dosen UIN Ar-Raniry yang memahami bidang tafsir untuk menelaah eksistenstensi serta apresiasi terhadap terjemahan bebas bersajak dalam bahasa Aceh. Penelitian ini menggunakan studi kualitatif dengan metode pendekatan deskriptif. Sedangkan dalam pengumpulan data menggunakan sumber utama yaitu dengan mewawancarai para ahli atau dosen yang kompeten dalam bidang tafsir di UIN Ar-Raniry dan data pendukung yaitu kitab tafsir Terjemahan bebas bersajak dalam bahasa Aceh. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa penyebab kurangnya eksistensi keberadaan kitab tafsir ini adalah cetakan yang sangat terbatas pada masanya dalam hal ini mesti adanya tindak lanjut seperti pemasaran kitab dengan melakukan cetakan ulang. Namun menurut para narasumber peneliti, kitab ini hadir mengangkat kearifan lokal dan kini menjadi warisan budaya yang harus dijaga dengan cara mensosialisasikan kepada mahasiswa dalam mata kuliah tafsir, serta mewarnai khazanah ilmuan tafsir karena memudahkan masyarakat Aceh yang masih awam berbahasa Indonesia dalam memahami makna Al-Qur’an di samping itu juga menjadi salah satu kelemahannya sangat sulit dipahami bagi orang luar Aceh.