Pengelolaan dan pemanfaatan wakaf tunai di Aceh berdasarkan data dari Baitul Mal sangat potensial untuk dikembangkan, namun permasalahan yang sering dihadapi dalam pengelolaan wakaf tunai yakni kurangnya SDM atau nazhir yang mengelola secara khusus wakaf tunai tersebut, sehingga hasilnya belum optimal. Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam skripsi ini yaitu bagaimana manajemen pengelolaan wakaf uang (tunai) oleh Nazhir di Yayasan Baitul Asyi dan bagaimana pemanfaatan wakaf uang (tunai) di Yayasan Baitul Asyi dalam perspektif fiqih muamalah. Untuk menjawab permasalahan di atas, peneliti menggunakan metode kualitatif dengan memakai sumber kepustakaan dan diperkuat dengan hasil wawancara dari informan sebagai bagian dari data empiris. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui wawancara dan studi dokumen. Data yang terkumpul akan di analisa dengan teknik deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa; Pertama, manajemen pengelolaan wakaf tunai yang dilakukan oleh Yayasan Wakaf Baitul Asyi dengan cara memproduktifkan aset wakaf tersebut, dengan mengadakan kerjasama bersama pihak pengusaha. Hasil dari keuntungan usaha tersebut disalurkan untuk kepentingan umat. Kedua, pengelolaan dan pemanfaatan wakaf tunai belum dapat dikatakan sepenuhnya berhasil, disebabkan aset wakaf tunai belum dikelola secara maksimal. Pemanfaatan wakaf tunai yang telah dikelola tersebut disalurkan kepada Dayah Wakaf Barbate dengan jumlah Rp. 12.155.000,- akumulasi dari zakat usaha dan sedekah manajemen usaha. Penyaluran wakaf tersebut ditujukan untuk kepentingan umat, sesuai dengan aturan dan peruntukannya. Dari paparan di atas dapat disimpulkan, pengelolaan dan pemanfaatan wakaf tunai pada Yayasan Wakaf Baitul Asyi ditinjau dalam perspektif fikih muamalah, sudah sesuai dengan tujuan, fungsi dan peruntukannya. Hal ini sesuai dengan pendapat madzhab Hanafi dan Maliki yang membolehkan wakaf dalam bentuk tunai, sedangkan madzhab Imam Syafi’i tidak membenarkan wakaf tunai karena menilai wakaf secara tunai kekal sifatnya.