Peneliti telah menemukan observasi awal yang menunjukkan bahwa peserta didik kurang mampu dalam membaca teks berbahasa Arab, padahal mereka terbiasa dengan membaca Al-Qur’an juga memperbaiki bacaan mereka secara rutin. Oleh karenanya, penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi kemampuan peserta didik dalam membaca Buku Bayna Yadaik dan mengidentifikasi permasalahan yang dihadapi peserta didik dalam membaca buku ini di Pesantren Al-Athiyah, Banda Aceh, yang terlihat saat observasi awal peneliti. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Sumber data penelitian ini didapat dari kepala sekolah, Guru Bahasa Arab dan seluruh peserta didik kelas ll SMA yang berjumlah 14 orang, yang kemudian diambil dari mereka ujian bacaan Buku Bayna Yadaik. Kemudian data ujian peserta didik dianalisis menggunakan rumus pemberian nilai akhir: ((Nilai perolehan)/(Nilai maksimum) ×100). Berdasarkan ujian bacaan, didapat hasil penelitian bahwa peserta didik secara umum dapat membaca teks berbahasa Arab, dengan rincian sebagai berikut: terdapat 28,57% peserta didik yang mencapai nilai sangat baik, 50% peserta didik mendapat nilai baik, 14,28% peserta didik mendapat nilai cukup, dan 7,14% peserta didik yang tidak lulus ujian dan dikategorikan sebagai peserta didik yang belum mampu membaca Kitab Bayna Yadaik. Serta dapat disimpulkan bahwa kemampuan rata-rata peserta didik dalam membaca teks berbahasa Arab 78,57% mendapatkan nilai baik. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kemampuan bacaan peserta didik yang dibagi menjadi dua bagian, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Adapun faktor internal meliputi:Minat peserta didik dalam belajar bahasa Arab. Sedangkan faktor eksternal terdiri dari metode pembelajaran, serta sarana dan prasarana dalam pembelajaran bahasa Arab dan faktor lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat. Peserta didik secara keseluruhan tidak mendapat sarana dan kesempatan untuk mengembangkan ilmu yang didapat dari sekolah. Sebagaimana pada lingkungan keluarga, kebanyakan orang tua peserta didik tidak memiliki ilmu bahasa Arab untuk menjadi sarana bagi peserta didik berbicara bahasa Arab di rumah. Sama halnya dengan lingkungan sekolah yang belum menerapkan bahasa Arab sebagai bahasa pengantar sehari-hari. Sedangkan pada lingkungan masyarakat, bahasa Arab masih dianggap sebagai bahasa yang asing dan masyarakat belum memiliki pemahaman tentang pentingnya bahasa Arab.