Dedy Rizaldy, 211006011 (2024) Makna Al-Hikmah Dalam Kajian Tafsir LathāIf Al-IsyāRāT Dan Tafsir MafāTīH Al-Ghaib. Masters thesis, UIN Ar-Raniry Pascasarjana ilmu Al-Quran dan Tafsir.
![[thumbnail of Makna Al-Hikmah Dalam Kajian Tafsir LathāIf Al-IsyāRāT Dan Tafsir MafāTīH Al-Ghaib]](https://repository.ar-raniry.ac.id/style/images/fileicons/text.png)
Dedy Rizaldy, 211006011, PPS, IAT.pdf - Published Version
Available under License Creative Commons Attribution.
Download (4MB)
Abstract
Al-hikmah merupakan pemberian yang sangat penting dimiliki oleh seseorang, namun terma al-hikmah dalam al-Qur’an sangat banyak maknnya, istilah terma al-hikmah juga didapati dalam istilah ilmu tasawuf dan filsafat, maka penelitian ini dalam hal mencari makna terma al-hikmah menggunakan kitab tafsir Lathāif al-Isyārāt sebagai tafsir sufi dan tafsir Mafātīh al-Ghaib sebagai tafsir falsafi. Penelitian ini bertitik kepada penafsiran al-hikmah dalam kitab tafsir Lathāif al-Isyārāt dan Mafātīh al-Ghaib serta perbedaan penafsiran al-hikmah menurut keduanya. Penulisan tesis ini menggunakan studi komparasi. bertujuan untuk mencari penafsiran al-hikmah dalam tafsir Lathāif al-Isyārāt dan Mafātīh al-Ghaib dan perbandingan penafsiran pada keduanya. Pendekatannya ialah kualitatif, dengan jenis penelitian library research yang datanya dari al-Qur’an, kitab tafsir, buku-buku, serta karya ilmiah yang relevan dengan kajian ini. Hasil penelitian ini menunjukkan makna al-hikmah dalam kitab tafsir Lathāif al-Isyārāt ialah pemberian bisikan yang benar bukan keinginan hawa nafsu dan ketepatan yang terletak di dalam ‘aqal, ‘aqad dan ucapan. Sementara al-hikmah dalam kitab tafsir Mafātīh al-Ghaib ialah bermakna ilmu dan perbuatan yang benar. Pemberian ber’amal (mengerjakan) sesuatu dengan ilmu. Perbedaan keduanya secara metodologis, kitab Lathāif al-Isyārāt penafsirannya secara ijmali dan corak sufi. Namun secara Substansi penafsiran al-hikmah yang terletak pada QS. al-Baqarah (2): 269 pada kitab Lathāif al-Isyārāt lebih kepada pemberian secara rohani yakni, bisikan rabbani dan malaki bukan dari nafsu amarah bissu’. Sementara pada QS. Luqman (31): 12 lebih kepada nilai dari al-hikmah dan sumbernya. Sedangkan kitab tafsir Mafātīh al-Ghaib secara metodologis penafsirannya secara tafshili dan corak falsafi. Namun secara substansi, penafsiran al-hikmah yang pada QS. al-Baqarah (2): 269 lebih kepada pemberian yang menjadikan penyandang al-hikmah menjadi manusia sempurna, Sementara pada QS. Luqman (31): 12 lebih kepada frasa orang yang mendapatkan al-hikmah. Persamaan penafsirannya terletak pada ijtihad keduanya, yaitu pada perbuatan yang benar dan diberikan bisikan yang benar.
Item Type: | Thesis (Masters) |
---|---|
Subjects: | 200 Religion (Agama) |
Divisions: | Program Pascasarjana > S2 Ilmu Al-Quran dan Tafsir |
Depositing User: | Dedy Rizaldy |
Date Deposited: | 02 Sep 2024 02:46 |
Last Modified: | 02 Sep 2024 02:46 |
URI: | https://repository.ar-raniry.ac.id/id/eprint/38555 |