Produk pembiayaan pada PT. Bank Aceh Syariah umumnya dilaksanakan dengan skema gabungan akad, salah satunya pembiayaan musyārakah mutanāqiṣah. Namun, akad ini memunculkan ḥīlah syariah dalam penerapannya. Skripsi ini menelaah bagaimana implementasi produk pembiayaan musyārakah mutanāqiṣah, dan bagaimana keberadaan ḥīlah syar’iyah pada produk pembiayaan musyārakah mutanāqiṣah di Bank Aceh Syariah Batoh dilihat fiqh muamalah? Penelitian ini menggunakan pendekatan yaitu yuridis empiris. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa implementasi pembiayaan musyārakah mutanāqiṣah antara Bank Aceh Syariah Batoh dan nasabah dilaksanakan untuk pembiayaan sektor konsumtif dan produktif dengan skema yang sama, yaitu menggunakan akad syirkah terhadap aset yang dibiayai ataupun aset lain milik nasabah, kemudian dilanjutkan dengan penggunaan akad ijarah dilakukan nasabah terhadap objek syirkah tersebut. Dengan begitu, penyertaan modal bank terhadap objek syirkah itu semakin lama semakin berkurang adapun penyertaan modal nasabah terkait objek syirkah tersebut semakin lama semakin bertambah menjadi milik nasabah. Keberadaan ḥīlah syar’iyah dalam pembiayaan akad musyārakah mutanāqiṣah pada PT. Bank Aceh Syariah Batoh telah sesuai dengan fiqh muamalah. Ḥīlah syar’iyah dalam pembiayaan musyārakah mutanāqiṣah tersebut terletak pada wa’ad (ikatan untuk menepati janji) di antara dua belah pihak, yaitu PT. Bank Aceh Syariah dan nasabah, dan terletak pada pemisahan penggunaan dua akad, yaitu didahului penggunaan akad syirkah dan diikuti dengan akad ijarah.