Pemilahan sampah pada saat proses awal pengumpulan sampah tidak dilakukan secara efektif. Hal ini jelas terlihat pada proses pemuatan sampah dari tempat pembuangan sampah ke truk seluruh sampah dimuat dan diangkut tidak dilakukan persortiran secara baik antara sampah yang dapat didaur ulang dan yang tidak dapat didaur ulang. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui kebijakan reduksi sampah oleh DLHK3 dalam Qanun Nomor 1/2017, realisasi pemilahan sampah yang dilakukan oleh petugas kebersihan sampah DLHK3 Kota Banda Aceh, dan perspektif siyasah syar’iyyah dalam Qanun Nomor 1/2017 tentang Pengelolaan Sampah Kota Banda Aceh. Kajian ini menggunakan penelitian kualitatif dengan pendekatan yuridis empiris, dan metode penelitian secara deskriptif. Teknik pengumpulan data dengan observasi, wawancara dan dokumentasi. DLHK3 telah menerapkan program pemilahan sampah dengan penggunaan fasilitas Waste Collecting Point (WCP) untuk sampah organik dan an-organik, program ini masih terbatas di 36 titik, mencakup 17 gampong di 8 kecamatan. Ada 76 gampong yang belum memiliki WCP. Pemilahan sampah oleh petugas kebersihan DLHK3 masih terbatas untuk wilayah tertentu dan masih berbentuk manual hingga saat ini pemilahan sampah belum optimal. Hanya sebatas wilayah yang tersedia fasilitas WCP saja dan hanya mampu mereduksi sampah 60-70% jumlah tonase sampah yang masuk ke TPA Gampong Jawa. Masyarakat harus difasilitasi dan disosialisasikan tentang pentingnya pemilahan sampah untuk memudahkan proses penguraian, daur ulang, dan pemusnahan sampah. Pemilahan dengan fasilitas WCP telah sesuai dengan ketentuan siyasah syar’iyyah, meskipun dalam realisasinya pihak DLHK3 belum memenuhi target dan masih membutuhkan kinerja optimal dari DLHK3 Banda Aceh termasuk fasilitas WCP.