Bank BRI membuktikan kepeduliannya terhadapkewajiban zakat dengan membentuk Yayasan Baitul Mal BRI yang bergerak di bidang penyaluran zakat. Zakat yang disalurkan bersumber dari zakat pegawai Bank BRI seluruh Indonesia. Menariknya, zakat ini hanya disalurkan secara produktif. Salah satu program yang digiatkan oleh YBM BRI adalah program P3K (Program Peningkatan Pendapatan Keluarga) dan KUUR (Kluster Usaha Unggulan Rakyat). Permasalahan yang timbul dari penelitian ini adalah bagaimana manajemen YBM BRI menentukan kriteria mustahiq yang diklasifikasikan dalam P3K dan KUUR dan bagaimana tingkat pencapaian target dan keberhasilan dari usaha mustahiq P3K dan KUUR. Jenis penelitian yang digunakan oleh penulis berbentuk deskriptif. hasil pencapaian keberhasilan program P3K dan KUUR pada Yayasan Baitul Mal BRI Kanwil Aceh dinilai gagal dan kurang produktif sehingga tidak dapat dilanjutkan pada tahun selanjutnya. Ini karena budaya berwirausaha masyarakat masih sangat tradisional dan sulit diubah. Seperti niat pihak YBM BRI kanwil Banda Aceh yang berencana untuk membranding produk usaha masyarakat. Niat ini tidak bisa digiatkan karena pelaku usaha masih berpikir bahwa pasar lebih tertarik dengan produk yang tidak berlabel dan harganya lebih terjangkau. Karena apabila dibranding, otomatis biaya produksi dibebankan kepada harga produk dan menjadikan produk tersebut lebih mahal karena biaya kemasannya. Oleh karena itu, hingga kini pihak YBM BRI kanwil Banda Aceh hanya menyalurkan zakat melalui program berbasis keagamaan, pesantren, beasiswa, dan tanggap bencana. Program-program ini dinilai lebih efektif dibandingkan program pendayagunaan P3K dan KUUR