Para dai adalah penyampai pesan-pesan Allah Swt dan RasulNya tentang kebenaran ajaran agama. Sebagai aktivis dakwah seharusnya memiliki wawasan, kemampuan serta ilmu yang mumpuni khususnya terhadap referensi utama yaitu Al-Qur’an dan hadis. Namun banyak di antara para aktivis dakwah yang dianggap belum mumpuni pemahamannya serta kurang merefleksikan ayat-ayat dakwah. Kiranya ada semacam pemahaman bahwa Al-Qur’an hanya menggunakan kata dakwah atau tabligh saja. Padahal fakta yang sesungguhnya menunjukkan bahwa dalam Al-Qur’an Allah Swt menggunakan kata-kata yang demikian komplit sesuai dengan kondisi mad’u yang dihadapi. Adapun tujuan penelitian ini untuk mengkaji dan meneliti pemahaman ayat-ayat dakwah oleh aktivis LDK sehingga bisa dijadikan referensi utama dalam dakwahnya. Penelitian ini difokuskan pada kajian lapangan (field research). Selanjutnya dianalisis secara kualitatif deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemahaman aktivis LDK terhadap ayat-ayat dakwah lebih melihat kepada aspek literal-tekstual, daripada makna substansi-kontekstual dan dikategorikan dalam tiga tingkatan pemahaman, yaitu rendah, sedang dan tinggi diantara ketiganya pemahaman tingkat sedang yang paling dominan. Secara garis besar penjelasan mereka sejalan dengan uraian para mufasir, Meskipun demikian ditemukan juga pandangan yang berbeda seperti pada surah Ali-Imran ayat 104 mereka memahami bahwa tugas dakwah ini melrupakan wajib individu seltiap muslim bukan hanya para pelmuka agama atau orang yang melmiliki kelkuasaan. Pada surah as saff ayat 4 mereka mengartikan barisan yang teratur dan kokoh adalah dakwah jama’i yang sesuai diterapkan pada mahasiswa saat ini.