Dalam perspektif mufasir klasik, tanggung jawab nafkah sepenuhnya dipegang oleh suami, sesuai dengan ajaran Al-Qur’an. Namun, seiring dengan perkembangan zaman dan modernisasi, pandangan ini telah mengalami penyesuaian. Kini, peran istri dalam memenuhi kebutuhan finansial keluarga semakin diakui, mencerminkan perubahan dalam pembagian tugas di rumah tangga. Penelitian ini menganalisis pandangan empat mufasir yakni Wahbah Zuhaily, Ahmad Mustafa Al-Maraghi, Quraish Shihab, dan Ali Ash- Shabuni yang bertujuan untuk memahami tentang nafkah anak dalam konteks keluarga modern serta batasan kewajiban suami dalam memberikan nafkah. Penelitian ini merupakan studi kepustakaan kualitatif dengan menggunakan metode maudhu’i dalam analisisnya, Temuan penelitian mengungkapkan bahwa meski para mufasir sepakat bahwa kewajiban utama nafkah berada pada suami, mereka tidak melarang istri untuk bekerja jika diperlukan. Kontribusi istri dalam aspek finansial tidak menggugurkan kewajiban suami dalam menyediakan nafkah untuk anak dan keluarga. Batasan pemberian nafkah dipengaruhi oleh usia anak dan kemampuan mereka untuk mandiri, sementara jumlah nafkah harus disesuaikan dengan kemampuan finansial suami. Penelitian ini menunjukkan bagaimana ajaran Islam tetap relevan dan adaptif terhadap perubahan sosial, menjaga keseimbangan antara tanggung jawab suami dan peran istri dalam keluarga modern.