Masjid Tuha Ulee Kareng, sebagai salah satu masjid tertua di Banda Aceh, telah ditetapkan sebagai situs cagar budaya yang dilindungi oleh Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya. Meskipun pemerintah berupaya melestarikan situs ini melalui peraturan perundang-undangan, hal tersebut tidak akan berhasil tanpa keterlibatan dan partisipasi masyarakat lokal, terutama mereka yang tinggal dan beraktivitas di sekitar situs. Dengan pendekatan deskriptif kualitatif (dokumentasi dan wawancara) dan metode purposive sampling, penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran tentang bagaimana persepsi masyarakat Masjid Tuha Ulee Kareng terhadap pelestarian masjid tersebut pada saat ini. Persepsi masyarakat terhadap cagar budaya Masjid Tuha Ulee Kareng menunjukkan pendekatan yang komprehensif dan multidimensi. Mereka menekankan pentingnya menjaga pelestarian Masjid. Keterlibatan aktif masyarakat lokal dan kolaborasi antara berbagai pemangku kepentingan juga sangat penting dalam menjamin keberlanjutan dan keberhasilan upaya pengembangan cagar budaya. Hasil penelitian dan wawancara juga menunjukkan bahwa perlindungan, pemanfaatan dan pengembangannya Masjid Tuha Ulee Kareng belum maksimal, sehingga perlu adanya keterlibatan dari masyarakat dan pemerintah setempat