Etria Fridhal, Etria (2024) Sejarah Perkeretaapian Di Aceh Pada Masa Belanda (1876-1919). Other thesis, UIN Ar-Raniry Banda Aceh.
![[thumbnail of Membahas tentang sejarah perkeretaapian di Aceh]](https://repository.ar-raniry.ac.id/style/images/fileicons/text.png)
ETRIA FRIDHAL,170501060 , FAH,SKI.pdf - Published Version
Available under License Creative Commons Attribution.
Download (7MB)
Abstract
Skripsi ini berjudul “Sejarah Perkeretaapian Di Aceh Pada Masa Belanda 1876 - 1919”. Kereta api Aceh merupakan sarana transportasi modern pertama di Aceh milik Pemerintah Belanda sebagai alat transportasi dan pertahanan militer Belanda dalam menguasai daerah Kutaraja dan sekitarnya. Tujuan dari penulisan skripsi adalah untuk mengetahui sejarah perkeretaapian di Aceh pada masa Belanda, kebijakan Pemerintahan Belanda di awal perintisan kereta api di Aceh dan mengetahui tujuan dan manfaat pemerintahan Belanda dalam membangun rute perkeretaapian di Aceh pada masa Belanda. Penelitian ini menggunakan metode sejarah dengan jenis yang bersifat deskriptif. Teknik pengumpulan data berupa kajian pustaka atau menelaah buku (library research). Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa kereta api di Aceh dimulai sejak tanggal 12 November 1876, jalur kereta api Aceh telah membentang dari Ulee Lheue hingga pangkalan susu sejauh 519,7 km, dan berakhir pada tahun 1919, jalur ini mencapai Besitang dan bertemu dengan jalur kereta api Deli di Sumatera Utara. Kebijakan Pemerintahan Belanda menerapkan sistem pertahanan yaitu Lini Kosentrasi penggunaan pertahanan dan menunggu, yang dilakukan untuk menaklukkan dan menguasai wilayah Kutaraja. Tujuan Pemerintah Belanda membangun jaringan kereta api di Aceh pada dasarnya dilakukan untuk kepentingan militer, dan secara tidak langsung membawa perkembangan dalam perekonomian masyarakat. Jaringan transportasi kereta api di Aceh dapat merangsang pertumbuhan ekonomi di wilayah-wilayah yang dilaluinya, termasuk daerah pedalaman yang terpencil dari pelabuhan atau pantai, dan adanya transportasi ini mampu membawa barang dan penumpang dalam jumlah besar dengan biaya yang relatif terjangkau. Daerah Pidie dan Pasai, yang sebelumnya memiliki surplus beras, dapat menggunakan kereta api untuk mendistribusikannya ke daerah yang kekurangan, meskipun tetap menggunakan layanan angkutan pelayaran pantai, terutama di daerah pantai timur Aceh.
Item Type: | Thesis (Other) |
---|---|
Additional Information: | Pembimbing 1.Drs. Anwar Daud, M.Hum. 2.Asmanidar, S.Ag, MA |
Uncontrolled Keywords: | Sejarah, Perkeretaapian, Kolonial Belanda |
Subjects: | 900 Geography and History |
Depositing User: | Etria Etria Fridhal |
Date Deposited: | 09 Oct 2024 02:13 |
Last Modified: | 09 Oct 2024 02:13 |
URI: | https://repository.ar-raniry.ac.id/id/eprint/39687 |