Agama Islam merupakan pengaruh sosial dan kebudayaan yang sangat berkembang pesat di Aceh, banyak para pedagang dari Arab-Islam yang berdakwah dan menetap di daerah Aceh seperti di Aceh Timur dan Barus pesisir Sumatra. Dalam perkembangan Islam di Aceh mulai munculnya kerajaan Islam seperti Perlak, Samudra Pasai, dan Kerajaan Aceh Darussalam yang menjadi puncak kejayaan Islam di Aceh yaitu pada abad ke-17 pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda. Perkembangan Islam di Aceh banyak meninggalkan artefak seperti batu nisan, koin, naskah kuno, senjata, Mushaf Al-Quran, dan bangunan-bangunan seperti Pinto Khop, Gunongan, Rumoh Aceh dan Masjid Raya Baiturrahman serta biografi para kesultanan Islam di Aceh dan para Ulama kharismatik Aceh. Oleh karena itu artefak sejarah Islam di Aceh yang berwujud benda ataupun tak benda perlu dijaga, diteliti dan disampaikan ke masyarakat melalui lembaga museum. Pendekatan perancangan museum sejarah Islam Aceh yaitu menerapkan pendekatan arsitektur Islam Aceh dan kontemporer. Pendekatan ini bertujuan sebagai adaptasi terhadap lingkungan Aceh yang dalam Penerapannya menerapkan aturan yang diatur berdasarkan hukum Islam dan mengambil nilai-nilai arsitektur Islam Aceh serta tujuan dari perancangan museum sendiri yaitu museum sejarah Islam Aceh yang mana hal ini akan memberikan aspek kenyamanan dan keamanan bagi pengunjung yang mengunjungi museum sejarah Islam Aceh. Sedangkan kontemporer yaitu konsep yang berusaha mengambil bentuk dari arsitektur Islam Aceh lalu mengadopsinya dalam bentuk yang lebih modern dan disesuikan dengan kondisi permasalahan lingkungan saat ini, contohnya perubahan iklim