Al-Qur’an hanya diturunkan dalam bahasa Arab kepada seorang Rasul yang sama yaitu Rasulullah Muhammad saw., maka timbulnya penafsiran yang sangat jauh berbeda mengenai makna dari ayat-ayat yang sama menuntut untuk dilakukannya penulusuran yang lebih mendalam. Demikian halnya dengan yang terjadi diantara penafsiran al-Ṭabarī dan al-Sya’wari pada surat Al-Isra ayat 104 yang memiliki banyak perbedaan. Adapun penelitian ini bertujuan untuk memahami penafsiran al-Ṭabarī dan al-Sya’rāwī pada surat al-Isra ayat 104 tersebut dan menemukan penyebab yang melatarbelakangi timbulnya perbedaan. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kepustakaan (library research) dan metode yang diterapkan dalam penelitian berupa metode muqarrān dengan corak perbandingan antar karya tafsir. Hasil penelitian menunjukkan bahwa al-Ṭabarī menafsirkan ayat tersebut sebagai perintah Allah Swt kepada Bani Israil untuk tinggal di bumi Syam setelah peristiwa kebinasaan Fir’aun serta peringatan tentang dikumpulkannya mereka dalam keadaan bercampur-baur saat hari kiamat, sedangkan al-Sya’rāwī menafsirkan ayat ini sebagai nubuwwah Al-Qur’an terhadap peristiwa diaspora kaum Yahudi yang terjadi setelah masa Nabi Musa a.s. serta peringatan bahwa mereka akan dikumpulkan dalam keadaan bercampur-baur di tanah Palestina ketika tiba janji kerusakan yang kedua. Adanya perbedaan tersebut dilatarbelakangi oleh perbedaan sumber penafsiran yang digunakan oleh kedua mufasir serta perbedaan mengenai ayat-ayat yang dikaitkan penafsirannya dengan surat al-Isra ayat 104