Instagram sebagai salah satu media sosial dengan berbagai fiturnya saat ini bukan hanya sebagai wadah untuk mencari teman maupun berbagi informasi, namun juga untuk mencurahkan perasaan serta mengungkap permasalahan pribadi oleh penggunanya. Fenomena ini terus meningkat hingga instagram menjadi sebuah wadah untuk melakukan pengungkapan diri. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dinamika penggunaan media sosial, khususnya Instagram, oleh mahasiswa Komunikasi dan Penyiaran Islam dalam mengungkap permasalahan pribadi. Studi ini dilakukan dengan pendekatan kualitatif deskriptif, dan melibatkan 13 informan yang merupakan mahasiswa dari program studi Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Ar- Raniry, Banda Aceh, dari angkatan 2020 dan 2021. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori interaksi simbolik untuk menjelaskan interaksi sosial melalui simbol-simbol di platform instagraam mempengaruhi pembentukan konsep diri. Media sosial menyediakan platform di mana mahasiswa komunikasi dan Penyiaran Islam dapat berinteraksi secara terus-menerus dengan berbagai individu, yang memengaruhi cara mereka melihat diri mereka sendiri dan mengungkapkan permasalahan pribadi. Hasil penelitian menunjukkan adanya variasi dalam pola penggunaan Instagram oleh mahasiswa. Beberapa mahasiswa cenderung menjaga kerahasiaan informasi pribadi mereka, terutama terkait isu-isu sensitif, seperti masalah keluarga, untuk melindungi diri dari potensi risiko penyalahgunaan data pribadi. Di sisi lain, terdapat mahasiswa yang lebih terbuka dan menggunakan Instagram sebagai sarana untuk berbagi pengalaman serta curahan hati dengan harapan mendapatkan dukungan emosional dari lingkungan sosial mereka, terutama melalui fitur "Close Friends" yang memungkinkan pembatasan audiens. Selain itu, penelitian ini juga menemukan bahwa mahasiswa memiliki pemahaman yang baik tentang kebijaksanaan dalam menggunakan media sosial. Mereka cenderung membangun dan memelihara citra diri yang positif di Instagram, menghindari konten negatif, dan lebih memilih untuk menyebarkan pesan-pesan yang positif. Kesadaran akan pentingnya mengelola jejak digital dengan hati-hati menunjukkan upaya mahasiswa dalam menjaga reputasi pribadi dan profesional mereka.