Nurul Izzah Hutapea, 200303002 (2024) Penafsiran Achmad Baiquni tentang Tujuh Lapis Langit dan Bumi. Masters thesis, UIN Ar-raniry.
![[thumbnail of Achmad Baiquni, Tujuh Lapis Langit dan Bumi, Relevansi]](https://repository.ar-raniry.ac.id/style/images/fileicons/text.png)
Nurul Izzah Hutapea, 200303002, FUF, IAT.pdf - Published Version
Available under License Creative Commons Attribution.
Download (5MB)
Abstract
Achmad Baiquni menjadi salah satu tokoh yang memunculkan penafsiran baru terhadap ayat tujuh lapis langit dan bumi dalam dua bukunya yang berjudul Al-Qur’an Ilmu Pengetahuan dan Teknologi serta Al-Qur’an Ilmu Pengetahuan Kealaman. Berbeda dari karya-karya serupa lainnya yang mengartikan ayat ini sebagai struktur lapisan bumi, Baiquni memaknainya sebagai “alam kembaran”. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan penafsiran Baiquni serta menganalisis adakah relevansi antara penafsiran Baiquni dengan Ibnu Kathīr, al-Alῡsī, Sayyid Quṭub, al-Marāghī, dan Hasbi Ash Shiddieqy, agar penafsiran Baiquni dapat diimbangi dengan riwayat-riwayat dan pandangan mufasir mengenai ayat tersebut. Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian kepustakaan (library research) dengan metode penelitian kualitatif. Sumber primer dalam penelitian ini adalah buku Baiquni, dan berbagai literatur pendukung lainnya sebagai sumber sekunder. Adapun hasil penelitian menunjukkan bahwa Baiquni menafsirkan ayat tersebut dengan pemaknaan kata-kata dalam ayat, pendekatan sains, dan penjelasan dari ayat-ayat lain. Baiquni menginterpretasikan ayat tersebut sebagai adanya alam kembaran yang jumlahnya tidak terbatas pada tujuh berdasarkan konsensus para pakar sains. Contoh alam kembaran tersebut dihubungkan dengan adanya surga, neraka, isra’ mi‘rāj, alam ruh, penelitian Life After Life, dan ayat 48 surah Ibrahim. Penafsiran Baiquni memiliki relevansi dengan mufasir lainnya dari segi persamaan yaitu pertama, ayat tersebut merupakan tanda-tanda kebesaran Allah. Kedua, tidak membatasi pada bilangan tujuh, kecuali Ibnu Kathīr. Ketiga, Allah menetapkan hukum serta ketentuan pada setiap langit dan bumi menurut ilmu-Nya. Keempat, langit yang paling dekat dengan manusia dihiasi dengan bintang-bintang berkilau. Kelima, Allah menjaga agar tiap langit dan bumi tidak saling berbenturan hingga hari kiamat. Dari segi perbedaan, Ibnu Kathīr lebih condong menafsirkan ayat tersebut sebagai lapisan-lapisan bumi. Kemudian Sayyid Quṭub tidak setuju jika ayat ini dihubungkan dengan ilmu sains. Perbedaan tersebut karena adanya ketidaksamaan pada latar belakang keilmuan serta tujuan dari masing-masing mufasir.
Item Type: | Thesis (Masters) |
---|---|
Subjects: | 200 Religion (Agama) > 297 Islam > 2X0 Islam 200 Religion (Agama) > 297 Islam > 2X1 Al-Qur'an dan ilmu yang berkaitan |
Divisions: | Fakultas Ushuluddin dan Filsafat > S1 Ilmu Al-Quran dan Tafsir |
Depositing User: | Nurul Izzah Hutapea Nurul |
Date Deposited: | 16 Dec 2024 02:48 |
Last Modified: | 16 Dec 2024 02:48 |
URI: | https://repository.ar-raniry.ac.id/id/eprint/40330 |