Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan pertimbangan hukum hakim dari sudut pandang keadilan prosedural dan substantif. Ini karena putusan 124/Pdt.G/2023/MS.Bna yang merupakan perkara permohonan itsbat nikah ditolak dan menimbulkan masalah pada tujuan pengitsbatannya sehingga mempengaruhi kedudukan para pihak pra dan pasca putusan. Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian kualitatif dan pendekatan yuridis normatif yaitu dilakukan dengan meneliti putusan (Content analysis) hakim. Pertimbangan hukum hakim dianalisis dengan teori keadilan (prosedural dan substantif) serta membandingkan dengan beberapa putusan lain. Hasil penelitian menunjukkan bahwa putusan Mahkamah Syar’iyah Banda Aceh yang berdasarkan ketentuan Kompilasi Hukum Islam berakibat pada semua berhak menjadi ahli waris kecuali pemohon, sedangkan jika disandarkan pada ketentuan fikih pemohon berhak menjadi ahli waris karena pernikahan pemohon sah secara rukun dan syarat syari’at Islam. Dalam menimbang putusan 124/Pdt.G/2023/MS.Bna hakim memihak sifat keadilan prosedural saja dan mengabaikan keadilan substantif sehingga melahirkan keadilan formal yang hanya terpacu pada undang-undang. Sekiranya hakim menggunakan pertimbangan ekstra-legal dan keadilan substantif, permohonan itsbat sangat layak diterima.