Studi ini mengkaji tentang pada pro-kontra yang muncul dalam masyarakat Aceh Barat, khususnya di Kecamatan Panton Reu, terhadap warisan budaya Tari Rateeb Meuseukat, serta meneliti seni tradisional, media dakwah, perdebatan terkait pakaian dan gerakan yang tidak mencerminkan keseimbangan budaya dan agama. Tari ini, awalnya digunakan sebagai media dakwah Islam, kini mengalami perubahan fungsi dan tampilan yang menuai perbedaan pendapat. Terutama pada gerakan, kostum, dan konteks pertunjukannya, menimbulkan perdebatan tentang kesesuaiannya dengan nilai-nilai agama Islam. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui eksistensi kelompok seni dalam menjaga dan melestarikan warisan budaya tarian seukat, dan pandangan masyarakat terhadap tarian seukat. Metode penelitian yang digunakan yaitu penelitian kualitatif dengan observasi, wawancara dan dokumentasi. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa pertama Tarian Rateb Meusukat di Aceh eksistensi kelompok seni melestarikan Tarian Seukat sebagai upaya menjaga warisan budaya Aceh. Kelompok Tarian Seukat menggabungkan seni tradisional dengan nilai spiritual Islam, berfungsi sebagai hiburan dan media dakwah. Kedua tarian ini menghadapi dua pandangan, bagi kelompok yang pro menilai Tari Seukat tidak hanya berfungsi sebagai hiburan atau seni, tetapi sebagai sarana pembinaan diri dan pelestarian budaya. Tari ini mampu memperkuat nilai-nilai spiritual melalui lantunan sholawat dan zikir, membantu masyarakat mendekatkan diri kepada Allah SWT. Kelompok kontra beraggapan pelaksanaan Tari Seukat terkadang melanggar norma agama, terutama di alamatkan bagi yang kelompok seni generasi saat sekarang, dalam hal pakaian penari terlalu ketat, gerak tari yang berlebihan. yang dinilai bertentangan dengan ajaran Islam.