Tradisi Tabasi Bulung Belo merupakan praktik pengobatan tradisional yang telah diwariskan secara turun-temurun di Kecamatan Bambel, Aceh Tenggara. Lebih dari sekadar metode penyembuhan fisik, tradisi ini memiliki dimensi sosial, budaya, dan spiritual yang kaya. Tabasi berarti “mendoakan,” sementara Bulung Belo mengacu pada “daun sirih,” sehingga praktik ini menggambarkan proses penyembuhan yang menyatu dengan doa, keyakinan, dan nilai-nilai lokal. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Data dikumpulkan melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi, dengan pemilihan informan berdasarkan kapasitas mereka untuk memberikan informasi yang sistematis dan akurat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengobatan Tabasi Bulung Belo melibatkan persiapan bahan alami, seperti daun sirih, serta pelaksanaan doa (Tabasi). Prosesnya sederhana, tanpa ritual khusus atau waktu tertentu, namun tetap bermakna. Pengobatan ini mencerminkan nilai-nilai budaya, seperti penghormatan terhadap kepercayaan lokal, penggunaan bahan alami, dan kepercayaan pada tabib. Nilai-nilai teologis dalam tradisi ini meliputi konsep wasilah, di mana daun sirih digunakan sebagai perantara untuk memohon pertolongan Allah. Pembacaan ayat-ayat Al-Qur'an selama proses penyembuhan menambahkan dimensi spiritual yang mendalam. Tradisi ini menunjukkan integrasi harmonis antara kepercayaan lokal dan nilai-nilai Islam dalam konteks pengobatan tradisional.