Surah Āli-‘Imrān ayat 14 merupakan ayat yang membahas mengenai segala perkara yang Allah jadikan indah dalam pandangan manusia. Salah satu bentuk keindahan ini adalah hal yang dijadikan perhiasan di dunia. Permasalahan mengenai perhiasan dunia menjadi salah satu isu yang sering kali berhubungan erat dengan kehidupan manusia, terutama dalam perspektif Islam. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan penafsiran Buya Hamka terhadap analisisnya dalam Surah Āli-‘Imrān ayat 14 yang memiliki keterkaitan dalam setting sosial kehidupannya, sebagaimana tertuang dalam Tafsīr al-Azhār, serta untuk mengungkap relevansi penafsiran tersebut dalam konteks kehidupan masyarakat masa kini. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif analitik untuk menelusuri analisis Buya Hamka terhadap Surah Āli-‘Imrān ayat 14. Kajian ini menghubungkan teks ayat dengan konteks historis dan sosial yang melatarbelakangi penafsirannya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Buya Hamka menyoroti tiga kata kunci dalam penafsiran terhadap Surah Āli-‘Imrān ayat 14, yaitu zuyyina, hubb, dan syahwat. Analisis beliau ini dipengaruhi oleh latar belakang sosial dan budaya Minangkabau, yang memberi corak unik pada tafsirannya. Dengan pendekatan adabī wa al-Ijtimā‘ī, penafsiran Buya Hamka memberikan pemahaman yang kontekstual dan relevan, menjadikannya berbeda dibandingkan dengan mufassir kontemporer lainnya.