Lafaẓ anṣab (berhala-berhala) adalah sesuatu yang ditegakkan, untuk disembah selain Allah, baik berupa batu, pohon, patung maupun kuburan. Adapun lafaẓ Al-Azlam adalah bentuk jamak dari kata zalam yaitu kayu semacam anak panah, sebelum ditajamkan atau dipasang pada ujung besi. Azlam ini juga digunakan dalam banyak hal, antara lain dalam perjudian. Pada zaman jahiliah mereka berjudi dengan unta-unta, untuk menentukan bagian mana dari badan unta atau berapa banyak unta yang mereka peroleh sebagai hasil. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pemaknaan lafaẓ anṣab dan azlam dalam kitab Al- Qur‟an dan tafsirnya dan untuk mengetahui dari segi konteks pemaknaan lafaẓ anṣab dan azlam di zaman modern. Dalam penelitian ini, menggunakan penelitian yang bersifat studi kepustakaan, dengan pendekatan kualitatif. Obyek utama penelitian ini adalah kitab suci Al- Qur‟an untuk memahami ayat-ayat Al- Qur‟an menggunakan metode penafsiran maudhu‟i. Hasil dari penelitian ini adalah bahwa lafaẓ anṣab digunakan dalam konteks kepercayaan terhadap sesuatu kepada selain Allah, baik dalam bentuk perbuatan maupun kepercayaan. Sedangkan lafaẓ azlam digunakan dalam konteks mengundi nasib, berupa keyakinan, perbuatan, terhadap ramalan-ramalan bintang, bola Ajaib, zodiak, ataupun paranormal dan lainnya. Mengundi nasib dan penyembahan untuk berhala sangat bertentangan dengan ajaran dan syari‟at Islam.