Praktik pembagian warisan dalam masyarakat Gayo seharusnya sejalan dengan Fiqh al-Mawārīth, namun dalam kenyataanya belum sepenuhnya merujuk kepada Fiqh al-Mawārith, masih ditemukan penyimpangan-penyimpangan dalam praktik pembagian warisan. Hal tersebut didasari pada pandangan masyarakat yang menyakini bahwa perkawinan juelen dan angkap menjadi penghalang seseorang mendapatkan warisan atau minimal dapat mengurangi bagiannya. Disisi lain, penerapan 2:1 dengan membagikan harta menjadi tiga bagian, dua bagian akan menjadi bagian laki-laki walaupun jumlah laki hanya satu orang dan jumlah perempuan lebih dari dua orang. Dari persoalan di atas maka penulis mengajukan tiga research quetsion. Pertama, bagaimana praktik adat Gayo dalam pembagian warisan. Kedua, bagaimana perspektif hukum Islam terhadap peraktik pembagian warisan dalam adat Gayo. Ketiga, bagaimana kontribusi kewarian adat Gayo dalam pengembangan keilmuan hukum di Indonesia. Penelitian ini mengunakan metode yuridis empiris, data yang diperoleh berupa data hukum primer dan hukum skuder. Data hukum primer adalah data hukum yang bersumber dari hasil wawancara dan observasi, selanjutnya data hukum skunder bersumber dari tiga bahan hukum, primer, skunder dan tersier. Analisis data yang digunakan adalah analis yuridis. Hasil penelitian menunjukkan; pertama, pembagian warisan adat di Gayo mayoritasnya dipengaruhi oleh bentuk perkawinan; kedua, pembagian warisan Gayo sebagianya telah relevan namun sebagiannya belum relevan; ketiga, kontribusi dari penelitian untuk pengembangan ilmu hukum di Indonesia bertujuan untuk; a). Itegrasi antara hukum adat dan Fiqh al-Mawārīth dan KHI; b) Pengembagan Mahkamah Syar’iyyah dan Pegembangan Lembaga Adat