Pendidikan diniyah adalah solusi penting untuk memerangi moralisasi anak di era digital. Pembinaan keagamaan sangat penting untuk membangun kebiasaan anak yang baik, bermoral, dan memiliki benteng spiritual dalam lingkungan yang penuh tantangan negatif. Masalah yang terjadi pada kebiasaan anak di zaman sekarang dipengaruhi oleh berbagai faktor kompleks yang saling berhubungan. Perubahan sosial dan teknologi telah menyebabkan kesulitan baru dalam pembentukan kebiasaan anak. Anak-anak lebih rentan terpengaruhi oleh trend viral yang memungkinkan kehilangan kendali emosional. Oleh karena itu, peran lembaga pendidikan dan orang tua menjadi sangat penting dalam memberikan bimbingan, pengawasan, dan keteladanan untuk mengarahkan anak menuju kebiasaan positif. Masalah yang terjadi di darul qur’an yazzakka adanya kesenjangan antara sistem pengelolaan diniyah dengan pelaksanaannya, Meskipun madrasah memiliki target penguatan habits islami yang baik, namun tidak semua anak mampu memahami dan menginternalisasi nilai-nilai tersebut dengan sama rata. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perencanaan Pendidikan diniyah dalam penguatan habits islami anak di Madin ula Darul Qur’an Yazzakka Sigli Pidie, pelaksanaan Pendidikan di diniyah dalam penguatan habits islami anak di Madin ula Darul Qur’an Yazzakka Sigli Pidie, evaluasi Pendidikan di diniyah dalam penguatan habits islami anak di Madin ula Darul Qur’an Yazzakka Sigli Pidie. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif bersifat deskriptif. Data dikumpulkan melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Analisis data dilakukan dengan cara mendisplay data dan penarikan kesimpulan. Subjek penelitian ini adalah pimpinan madrasah, kepala kurikulum dan guru. Hasil Penelitian di Darul Qur'an Yazzakka Sigli Pidie menunjukkan bahwa pengelolaan pendidikan diniyah untuk penguatan habits islami anak dilakukan secara komprehensif melalui perencanaan sistematis, pelaksanaan yang tepat, dan evaluasi berkelanjutan. Dengan pendekatan yang melibatkan identifikasi kebutuhan anak, metode pengajaran adaptif, pengawasan intensif, dan komunikasi aktif dengan orang tua, lembaga berhasil membentuk karakter islami anak yang tercermin dalam kemampuan mengamalkan doa, kesadaran beragama, dan peran sebagai pegingat dalam keluarga. Namun hambatan yang terjadi adalah belum maksimalnya partisipasi orang tua dalam mendukung pelaksanaan pendidikan diniyah.