Penelitian ini mengkaji sejarah Po Diamat di Gampong Alue Naga sebagai lokasi isolasi penderita kusta pada masa kolonial, dampak sosial akibat stigma penyakit tersebut, serta hilangnya kawasan yang kini menjadi simbol perubahan positif. Pertanyaan penelitian dalam skripsi ini adalah bagaimana sejarah, dampak sosial dan situasi denah Pulau Po Diamat. Oleh karena itu, studi ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian sejarah yakni pengumpulan data, kritik, interpretasi dan historiografi. Sedangkan penelitian lapangan dengan pendekatan tradisi lisan dan sejarah lisan ialah mewawancarai secara mendalam informan di Banda Aceh. Dari paparan di atas dapat disimpulkan bahwa penyebaran dan penanganan penyakit kusta yang dikenal sebagai "Budok" oleh masyarakat Aceh, dengan fokus pada Pulau Po Diamat sebagai lokasi isolasi khusus dan juga penyebaran penyakit ini di Aceh dipengaruhi oleh intensitas interaksi internasional melalui jalur perdagangan, menjadikan Aceh sebagai titik pertemuan beragam komunitas, termasuk pembawa penyakit menular. Pada era kolonial, kebijakan isolasi diterapkan dengan memanfaatkan Pulau Po Diamat untuk memisahkan pengidap kusta dari masyarakat umum. Kebijakan ini menciptakan dampak sosial yang mendalam, terutama stigma yang mengucilkan pengidap dari kehidupan sosial.