Salah satu metode transaksi cashless yang paling banyak digunakan oleh pelaku usaha pada saat ini adalah QRIS. Namun, setelah diterbitkannya kebijakan baru dari Bank Indonesia yaitu pemberlakuan kebijakan MDR, menimbulkan pro dan kontra dari pelaku usaha sebab biaya tersebut hanya di bebankan kepada pelaku usaha. Oleh karena itu, peneliti bermaksud menganalisis minat pelaku usaha dalam menggunakan QRIS pasca adanya kebijakan tersebut dengan berdasarkan indikator harga dari Kotler & Amstrong yang selanjutnya ditinjau dengan perspektif Maslahah. Penelitian ini menggunakan deskriptif kualitatif dimana peneliti melakukan wawancara langsung kepada pelaku usaha yang menyediakan QRIS. Hasil penelitian ini ditemukan bahwa minat pelaku usaha setelah adanya kebijakan MDR dalam menyediakan QRIS sebagai kanal pembayaran mengalami penurunan karena biaya MDR dapat memberatkan pelaku usaha serta banyaknya kendala yang dialami pelaku usaha seperti sistem yang lambat dan eror. Meski begitu, pelaku usaha yang tetap menyediakan QRIS mengakui akan kebermanfaatan QRIS serta dapat menjangkau permintaan dari pelanggan yang mayoritasnya lebih senang bertransaksi menggunakan QRIS karena lebih memudahkan. Setelah dilakukan peninjauan ternyata QRIS tidak sepenuhnya memberi kemaslahatan bagi pelaku usaha setelah ditetapkannya biaya MDR karena dianggap memberatkan pelaku usaha.