Sengketa Hak asuh anak antara ibu kandung dan ibu angkat acap kali menimbulkan dilema hukum
karena melibatkan aspek biologis dan sosial, terutama dalam menentukan pihak yang paling berhak
mengasuh anak. Dengan menggunakan metode yuridis normatif dan pendekatan studi kasus,
penelitian ini menganalisis dasar pertimbangan hakim pada putusan tingkat pertama, banding dan
kasasi dengan penerapan prinsip kepentingan terbaik bagi anak. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa pada tingkat pertama dan kasasi, prinsip kepentingan terbaik bagi anak tidak diterapkan
secara komprehensif. Majelis Hakim hanya berfokus pada ketentuan formal yang tertuang dalam
Undang-Undang, sehingga mengesampingkan keadaan faktual yang menyangkut kesejahteraan
anak. Sebaliknya pada tingkat banding, Mahkamah Syar’iyah Aceh menunjukkan pendekatan yang
berbeda dengan mengutamakan prinsip kepentingan terbaik bagi anak, hal ini mencerminkan
pendekatan yang lebih holistik dan berorientasi pada kemaslahatan anak. Hasil temuan ini
menyimpulkan bahwa penerapan prinsip kepentingan terbaik bagi anak sangat bergantung pada
interpretasi hakim di setiap tingkat pengadilan. Oleh karena itu, diperlukan pemahaman yang
mendalam mengenai prinsip ini agar setiap putusan hukum tidak hanya memenuhi aspek formal,
tetapi juga memberikan dampak positif bagi masa depan anak.