Dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, gaya hidup masyarakat mengalami perubahan signifikan, di mana mereka cenderung memilih cara yang praktis dan efisien untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Hal ini mendorong pertumbuhan berbagai layanan jasa, seperti transportasi, pendidikan, perbankan, hingga layanan kebersihan seperti usaha laundry. Namun banyak pelaku bisnis usaha jasa laundry yang lalai dan tidak bertanggung jawab atas kesalahan yang dibuat oleh produsen. Masalah seperti pakaian kelunturan, sobek, tertukar dengan konsumen lainnya atau bahkan hilang tentu menyebabkan konsumen merasa dirugikan, bahkan ada yang mencacatkan proses akad ijarah. Penelitian ini mengkaji penerapan akad ijarah pada usaha laundry di Kecamatan Ulee Kareng Kota Banda Aceh, yaitu Island Laundry Syariah, MZ Laundry, dan One Day Express Syariah Laundry, dalam perspektif ekonomi Islam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketiga usaha laundry telah menerapkan prinsip ijarah yang sesuai dengan ketentuan ekonomi Islam, dengan praktik sewa jasa yang jelas antara konsumen dan penyedia layanan. Transparansi dalam proses transaksi, penggunaan nota transaksi, dan penetapan waktu pengembalian barang menunjukkan penerapan prinsip ijarah yang baik. Namun, terdapat beberapa aspek yang perlu perbaikan, seperti penyesuaian ketentuan ganti rugi yang lebih proporsional dan waktu pengaduan yang lebih fleksibel. Selain itu, prinsip musyawarah dalam penyelesaian sengketa juga telah diterapkan dengan baik, namun perlu lebih melibatkan konsumen untuk mencapai kesepakatan yang lebih adil. Secara keseluruhan, meskipun sudah mencerminkan prinsip ekonomi Islam, perbaikan pada beberapa aspek dapat meningkatkan keadilan dalam transaksi, sehingga menciptakan hubungan yang lebih saling menguntungkan antara konsumen dan penyedia jasa laundry.