Perbuatan sumang, yang merupakan pelanggaran terhadap norma adat dan agama di dalam masyarakat Gayo Kabupaten Aceh Tengah, semakin marak terjadi dan mengganggu stabilitas sosial serta budaya setempat. Berdasarkan Qanun No. 10 Tahun 2002 tentang Hukum Adat Gayo, Sarak Opat memiliki peran penting sebagai lembaga adat dalam menjaga norma dan menegakkan hukum adat melalui pencegahan dan penindakan terhadap pelaku perbuatan sumang. Masalah yang diteliti adalah bagaimana peran Sarak Opat dalam mencegah perbuatan Sumang. Kemudian bagaimana mekanisme pemberian sanksi bagi pelaku Sumang menurut Qanun No. 10 Tahun 2002 tentang Hukum Adat Gayo. Penelitian ini menggunakan dua jenis penelitian yaitu penelitian lapangan (Field Research) dan penelitian kepustakaan (Library Research). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemahaman anggota Sarak Opat terhadap Qanun tersebut masih kurang, yang menyebabkan ketidakkonsistenan dalam penerapan hukum adat. Tindakan pencegahan yang dilakukan oleh Sarak Opat cenderung sporadis dan hanya terjadi pada momen-momen tertentu, seperti acara pernikahan, sehingga belum mencakup seluruh lapisan masyarakat. Selain itu, mekanisme pemberian sanksi sering kali tidak sesuai dengan tahapan formal yang diatur dalam Qanun, yang mengakibatkan penjatuhan sanksi secara subjektif. Penelitian ini menemukan bahwa meskipun Sarak Opat berperan dalam menjaga norma adat, upaya yang dilakukan perlu diperkuat dengan dukungan lebih lanjut dari pemerintah dan pelatihan bagi anggota Sarak Opat.