Setiap anak yang dilahirkan dari perkawinan yang sah berhak untuk memperoleh hak-hak anak dari orang tuanya. Namun akibat adanya perselingkuhan hingga terjadi perceraian maka hak-hak anak tersebut menjadi terabaikan. Hal ini seperti yang terjadi di Tapak Tuan sebagaimana pada putusan Mahkamah Syariah Tapak Tuan. Perselingkuhan berdampak tidak baik pada setiap hak yang dimiliki oleh anak. Perselingkuhan dapat menimbulkan efek yang dapat mengganggu keamanan, pikiran, dan harga diri semua anggota keluarga terutama anak. Adapun rumusan masalah pada penelitian ini adalah apakah faktor yang menyebabkan terjadinya perselingkuhan orang tua dan bagaimana dampak perselingkuhan orang tua terhadap hak anak. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan yuridis sosiologis. Hasil penelitian berdasarkan sejumlah putusan-putusan Mahkamah Syariah Tapak Tuan periode 2021-2024 dapat disimpulkan bahwa faktor yang menyebabkan perselingkuhan yaitu minimnya pemahaman agama, konflik dengan istri atau suami dan ekonomi. Perselingkuhan pada umumnya banyak terjadi pada anggota keluarga yang kurang memiliki kualitas keagamaan yang mantap, lemahnya dasar cinta, komunikasi kurang lancar dan harmonis, sikap egois dari masing-masing, emosi kurang stabil, dan ekonomi. Selain itu, faktor lingkungan juga dapat berpengaruh terhadap timbulnya perilaku selingkuh. Perselingkuhan berdampak pada hilangnya ketentraman rumah tangga, berdampak pada anak-anak dan mengabakibatkan perceraian (talaq). Selain itu, juga psikologis anak juga terganggu sehingga membuat anak merasa malu dengan temannya, anak juga merasakan kesedihan yang amat mendalam, anak juga akan menjadi tidak fokus dalam belajar, anak juga akan memikirkan itu sampai ia dewasa nanti.