Kota Banda Aceh, merupakan pusat pemerintahan dan kegiatan ekonomi yang mengalami peningkatan jumlah penduduk menjadi 259.538 orang pada tahun 2024. Urbanisasi dan angka kelahiran yang tinggi menyebabkan permintaan akan tempat tinggal di kota ini meningkat pesat. Masalah ini menjadi fokus utama terutama bagi pendatang, khususnya pekerja berpenghasilan rendah di pusat kota, di mana akomodasi seperti kos-kosan dan rumah tinggal cenderung mahal. Rusunawa muncul sebagai solusi potensial yang sesuai dengan UU No. 16 Tahun 1985 yang menetapkan tujuan untuk memenuhi kebutuhan perumahan layak huni bagi golongan masyarakat berpenghasilan rendah, serta meningkatkan kegunaan dan daya tahan hasil guna di daerah perkotaan dengan memperhatikan kelestarian lingkungan. Harga tanah di Kota Banda Aceh bervariasi dari Rp. 500.000 hingga Rp. 4.000.000, dengan kawasan pusat kota memiliki harga tanah tertinggi. Meskipun demikian, masih ada lahan di pusat kota seperti di daerah Leung Bata yang potensial untuk pengembangan perumahan bagi golongan menengah ke bawah. Arsitektur ini dirancang sebagai respons terhadap tantangan iklim tropis, di mana bangunan dirancang untuk mempertahankan suhu yang sejuk sepanjang tahun dengan efisiensi energi yang optimal, serta berkontribusi pada pelestarian lingkungan. Perencanaan rumah susun sederhana dengan pendekatan arsitektur tropis menjadi krusial untuk memenuhi kebutuhan hunian bagi masyarakat berpenghasilan rendah di Kota Banda Aceh.