Gerakan kajian keagamaan tastafi muncul sebagai salah satu lembaga keagamaan yang berkembang di era modern dan memiliki pengikut di Aceh. Tastafi sebagai kajian keagamaan yang lebih memfokuskan kepada fikih, tauhid dan tasawuf, namun dalam pelaksanaannya lebih menekankan kepada persoalan fikih dan persoalan kekinian dari sudut pandang agama. Permasalahan dalam tesis ini adalah untuk menganalisis dan mengkaji corak pemikiran tauhid dan tasawuf dalam kajian Tastafi. Untuk menjawab permasalahan tersebut maka metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif dan pendekatan deskriptif analisis, dengan teknik pengumpulan data observasi, wawancara, dan dokumentasi. Analisis data dilakukan dengan melihat kembali hasil wawancara yang telah dikumpulkan, lalu melakukan pengolahan data melalui proses penyuntingan. Ditemukan bahwa corak pemikiran kajian tastafi dalam bidang tauhid/ akidah menganut pemikiran Imam Abu Hasan Al-Asy'ari dan Abu Mansur Al Maturidi sedangkan dalam bidang tasawuf menganut pemikiran Imam Al-Ghazali dan Imam Junaidi al Baghdadi. Pengaruh gerakan kajian tastafi dapat dilihat dalam tiga aspek yaitu perubahan moral sosial, kehidupan keagamaan (religuisitas) dan status sosial dalam masyarakat. Terdapat 8 (delapan) kontribusi kajian tastafi dalam dinamika keagamaan di Aceh. Pertama mengenai perkembangan aliran sesat di Aceh, Kedua mengenai toleransi beragama, Ketiga mengenai perayaan konser di Aceh, Keempat mengenai wanita sebagai pemimpin, Kelima mengenai perayaan hari besar Islam di Aceh, Keenam mengenai larangan pembanguna masjid Muhammadiyah di Bireun, Ketujuh Pengaruh Ulama, dan Kedelapan Rasa Ingin Tahu Masyarakat.