Penelitian ini menganalisis bentuk retorika dan strategi analisis wacana yang digunakan oleh Prabowo Subianto dalam kampanye pemilihan umum presiden 2024. Dengan rumusan masalah yang difokuskan pada dua aspek utama: pertama, bagaimana bentuk retorika yang digunakan Prabowo dalam kampanye; dan kedua, bagaimana strategi analisis wacana diterapkan dalam pidatonya. Metode penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif pendekatan retorika Aristoteles yang meliputi etos, pathos, dan logos, serta pendekatan Discourse Historical Approach (DHA) yang meliputi lima strategi diskursif: strategi nominasi, prediksi, argumentasi, perspektif, dan intensifikasi/detensifikasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Prabowo berhasil membangun kredibilitasnya (etos) dengan menyebut tokoh-tokoh penting dan partai pendukung, serta menekankan pengalamannya dalam memimpin. Melalui pathos, ia menyentuh emosi audiens dengan bahasa emosional dan simbolisme budaya serta agama. Dalam logos, ia menyampaikan argumen logis dan bukti empiris untuk mendukung klaim-klaimnya terkait visi dan misi kepemimpinannya. Selain itu, melalui analisis DHA, ditemukan bahwa strategi nominasi digunakan untuk menciptakan identitas kolektif, prediksi untuk memberikan atribut positif pada diri dan timnya serta atribut negatif pada lawan, argumentasi untuk mendukung klaim kepemimpinannya, perspektif untuk menunjukkan kesinambungan pembangunan nasional, dan intensifikasi/detensifikasi untuk memperkuat hubungan emosional dengan audiens. Prabowo Subianto secara dominan menggunakan pathos dalam pidato kampanyenya untuk membangun ikatan emosional dengan pemilih, melalui cerita penderitaan rakyat. strategi retorika analisis wacana Prediksi menjadi strategi yang cukup kuat digunakan oleh Prabowo dalam pidato kampanye untuk pemilihan presiden 2024. penyampaian retorika yang mengandung makna positif menyematkan diri sendiri sebagai orang yang paling berpengalaman dalam politik, kompeten dan visioner, dari segi negatifnya memberikan sematan-sematan negatif terhadap lawan politik, dengan tujuan untuk mendiskreditkan lawan dan mempertajam perbedaan antara dirinya dan lawan politiknya.