Komunikasi antara orang tua dan anak memiliki peran penting dalam membangun hubungan keluarga yang harmonis. Namun, era modern membawa tantangan baru, seperti keterbatasan waktu interaksi akibat kesibukan dan dominasi teknologi yang sering mengurangi intensitas komunikasi bermakna. Dalam al-Qur’an, interaksi para nabi dengan anak-anak mereka menjadi teladan komunikasi ideal bagi umat Islam. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pola, model, dan nilai-nilai komunikasi keluarga berdasarkan Tafsīr Ibn ‘Āsyūr, dengan fokus pada konsep komunikasi dalam ayat-ayat Al-Qur’an secara verbal maupun nonverbal, serta relevansinya bagi kehidupan keluarga modern.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif-deskriptif dengan pendekatan kepustakaan. Data utama berasal dari Tafsir Al-Taḥrīr wa Al-Tanwīr karya Ibn ‘Āsyūr, yang didukung oleh literatur sekunder tentang komunikasi dan tafsir Al-Qur’an. Pengumpulan data dilakukan melalui kajian literatur mendalam, yang kemudian dianalisis menggunakan metode analisis isi. Analisis ini mencakup identifikasi pola komunikasi, klasifikasi model komunikasi (linear, interaksional, transaksional), serta eksplorasi nilai-nilai komunikasi dalam tafsir tersebut. Data dikelompokkan ke dalam tabel kategorisasi untuk mempermudah pengelompokan pola dan model komunikasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa komunikasi keluarga yang efektif mencakup nilai kejujuran, kasih sayang, kebijaksanaan, dan kesabaran, yang diperkuat oleh pola komunikasi verbal dan nonverbal. Pola verbal melibatkan pemilihan kata yang bijaksana, seperti dalam Surah Yūsuf ayat 4-5, dan nasihat strategis dalam Surah Yūsuf ayat 67, yang menyeimbangkan logika, iman, dan kebutuhan emosional. Pola nonverbal, seperti sikap rendah hati dalam Surah al-Isrā’ ayat 24 dan simbol dalam Surah Maryam Ayat 28-30, menekankan tindakan nyata dan simbolis. Model linear tercermin dalam dakwah Nabi Ibrāhīm kepada Āzar (QS. Al-An‘ām: 74), yang menggunakan pesan tegas satu arah. Model interaksional terlihat dalam dialog Luqmān kepada anaknya (QS. Luqmān: 13–19), yang menggabungkan nasihat jelas dengan dukungan emosional. Model transaksional, seperti interaksi Nabi Ibrāhīm dengan ayahnya (QS. Maryam: 42–48), menggambarkan pertukaran pesan dua arah yang logis dan spiritual.