Penelitian ini dilatar belakangi oleh fenomena pergeseran makna lafadz In syā' Allāh di kalangan mahasiswa yang digunakan sebagai ungkapan ketidakyakinan dalam berjanji atau berencana, padahal lafadz tersebut mengandung makna ketauhidan dan tawadhu. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji penafsiran surah al-Kahfi ayat 23-24 serta menganalisis pemahaman tentang makna lafaz In syā'Allāh tersebut. Jenis penelitian ini merupakan field research dengan pendekatan kualitatif. Subjek penelitian adalah 10 mahasiswa Ilmu Al-Qur‟an dan Tafsir yang dipilih sebagai key informan. Teknik pengumpulan data menggunakan metode observasi, wawancara, dan dokumentasi. Data yang terkumpul dianalisis menggunakan metode deskriptif analitis dan teori pendekatan Bayāni. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat keselarasan antara penafsiran ulama klasik dan kontemporer dalam memaknai In syā' Allāh dalam QS. Al-Kahfi ayat 23-24 sebagai bentuk ketergantungan pada kehendak Allah Swt, dimana dari 10 mahasiswa yang diteliti, ditemukan 6 mahasiswa memiliki pemahaman yang selaras dengan penafsiran ulama, sementara 4 mahasiswa lainnya hanya memahami secara umum, yang dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti minimnya pemahaman agama, pengaruh lingkungan, dan budaya sungkan, sehingga diperlukan upaya pendalaman pemahaman keagamaan melalui kajian kitab tafsir untuk mengatasi pergeseran makna yang terjadi.