Pengelolaan gedung Sekolah Dasar Negeri 2 dan 8 Kecamatan Samalanga, Kabupaten Bireuen berdasarkan konsep Milk al-Daulah, meliputi pengadaan, penyaluran, pemeliharaan, dan rehabilitasi sarana pendidikan. Realitas yang terjadi kedua sekolah tersebut belum memenuhi standar sarana dan prasarana sesuai Permendiknas No. 24 Tahun 2007, sehingga berdampak negatif pada kualitas pendidikan. Permasalahan penelitian ini yaitu, Bagaimana pengelolaan gedung Sekolah Dasar Negeri 2 dan 8 Kecamatan Samalanga Kabupaten Bireuen sebagai fasilitas pendidikan yang layak pakai dan kebijakan yang dilakukan oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Bireuen terhadap adanya ketidaklayakan gedung sekolah dan sarananya, serta bagaimana tinjauan konsep milk al-daulah dan Permendiknas No. 24 tahun 2007 terhadap sistem audit internal. Penelitian ini menggunakan pendekatan yuridis empiris, jenis penelitian kualitatif, dan teknik pengumpulan data dengan wawancara, dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan telah mengupayakan berbagai cara agar pemenuhan sarana dan prasarana, akan tetapi keterbatasan anggaran menjadi salah satu faktor yang signifikan. Meskipun terdapat upaya yang telah dilakukan, realisasi sarana dan prasarana pendidikan tetap bergantung pada ketersediaan anggaran dan kebijakan prioritas yang ditetapkan oleh pemerintah. Penerapan konsep Milk al-Daulah menuntut pengelolaan aset pendidikan dengan prinsip transparansi dan akuntabilitas. Pemenuhan Sarana dan prasarana dapat meningkatkan efektivitas antara pendidik dengan peserta didik dalam proses pengajaran di sekolah