Al-Qur’an menggunakan perumpamaan (amthāl), khususnya amthāl muṣarrahah, untuk menyampaikan pesan secara jelas melalui tasybīh (penyerupaan). Meski penting dalam memperjelas makna ayat, kajian tentangnya masih terbatas, terutama dari perspektif mufasir kontemporer. Tafsir al-Munīr karya Wahbah al-Zuḥaylī menawarkan pendekatan fikih, sastra, dan sosial dalam menafsirkan ayat-ayat tersebut. Namun, studi spesifik terhadap amthāl muṣarrahah dalam surah al-Baqarah dan al-Ra’d menurut pemikirannya masih jarang. Penelitian ini bertujuan mengisi celah tersebut dengan dua fokus: bentuk dan corak penafsiran, serta nilai-nilai yang terkandung dalam ayat-ayat tersebut. Melalui studi pustaka dan pendekatan kualitatif, ditemukan bahwa Wahbah al-Zuḥaylī menggunakan corak bayānī dan pendekatan balāghah. Misalnya, al-Baqarah 17–20 menggambarkan orang munafik dengan api dan hujan; ayat 171 mengibaratkan penolakan kebenaran; ayat 261–265 membahas infak dengan analogi benih; dan al-Ra’d 17 mengilustrasikan kesia-siaan syirik. Wahbah al-Zuḥaylī menekankan bahwa perumpamaan Al-Qur’an menyampaikan pesan teologis serta rasionalisasi iman dan amal.