Praktik istikharah Qurani yang diajar oleh Jamaah Hajaral AswadBani Hashim Nusantara di Kelantan, Malaysia dilakukandenganmembuka mushaf Al-Qur’an secara acak dan menafsirkanayatpertama dan beberapa kode lain yang terlihat sebagai petunjuk.Metode ini dianggap sebagai cara untuk memohon bimbinganAllah dalam menghadapi pilihan hidup. Namun, pelaksanaannyasering menuai kontroversi karena dianggap tidak memiliki dasaryang kuat dalam syariat Islam. Pemerintah MalaysiamelaluiJabatan Kemajuan Islam Malaysia (JAKIM) telah melarangpraktikini, sementara sebagian ulama memberikan pandanganberagam.Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi pelaksanaanistikharah Qurani oleh jamaah ini, memahami dasarnya, danmenjelaskan alasan penolakannya oleh otoritas setempat. Metodepenelitian yang digunakan adalah pendekatan deskriptif kualitatif.Data primer diperoleh melalui wawancara mendalamdengananggota jamaah. Observasi dan studi dokumentasi juga dilakukanuntuk mendapatkan pemahaman yang holistik. Data sekunderberasal dari kajian pustaka terkait, seperti kitab Tajul Mulukdanfatwa yang diterbitkan oleh JAKIMdan Mufti WilayahPersekutuan juga artikel dan jurnal yang terkait. Hasil penelitianmenunjukkan bahwa praktik istikharah Qurani ini memiliki 3metode istikharah yang mengguna sumber rujukan berlainanyaitumerujuk kitab Tajul Muluk, Musa Taklima, dan melalui nazar.Menurut fatwa JAKIM dan Mufti Wilayah praktikini harusdihindar karena tidak ada dalil shahih yang membenarkanpraktikistikharah ini dan disertakan dengan beberapa dalil danpandanganulama yang menjelaskan tentang hukum praktik serta asbabkenapapraktik ini tidak sesuai diguna sebagai metode menetukanjawabanistikharah.