Kaligrafi sebagai seni tulisan dalam Islam memiliki peran penting dalam budaya dan pengajaran agama. Namun, minat untuk mempelajari kaligrafi semakin menurun, terutama di era modern ini, akibat perkembangan teknologi informasi yang mengurangi keterampilan menulis tangan. Berbeda dengan itu, pembelajaran kaligrafi di Madrasatul Hattatin Banda Aceh tetap berkembang, berkat metode sistematis dan bersanad yang diterapkan di lembaga kursus tersebut. Banyak orang yang berminat untuk belajar kaligrafi di madrasah ini. Penulis menggunakan pendekatan kualitatif, penelitian ini melibatkan observasi, wawancara dengan guru dan pelajar, serta dokumentasi karya kaligrafi. Hasil menunjukkan bahwa madrasah ini berhasil mengembangkan program Taḥsīn Khaṭ dan Musābaqah. Program Taḥsīn Khaṭ mencakup Kitabah I’tiyadiyah (latihan dasar menggunakan pulpen biasa) dan penguasaan berbagai jenis khat seperti Riq’ah, Dīwānī, Naskhi, dan Thuluth dengan sistem sanad. Pembelajaran dilakukan secara offline (tatap muka) dan online (melalui Google Meet, YouTube, dan Facebook). Faktor pendukung pembelajaran meliputi guru yang bersanad, akses internet (WiFi), channel YouTube, dan ketersediaan alat kaligrafi. Meski menghadapi tantangan seperti lokasi belajar yang dekat dengan jalan raya (menyebabkan kebisingan), fasilitas yang terbatas, dan ruang belajar yang kurang memadai. Tujuan penelitian diharapkan dapat meningkatkan minat masyarakat terhadap seni kaligrafi serta memberikan masukan bagi pengembangan pembelajaran kaligrafi secara umum.