Kota Banda Aceh merupakan ibu Kota Provinsi Aceh masih ditemukan waria, kehadiran mereka belum bisa diterima oleh sebagian masyarakat dengan baik, sehingga perlu resileinsi agar mereka bisa hidup berdampingan dengan masyarakt umum di Kota Banda Aceh. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui latar belakang menjadi waria, reseliensi waria dalam Masyarakat di Kota Banda Aceh dan respon masyarakat Kota Banda Aceh terhadap waria. Penelitian menggunakan studi lapangan, dengan pendekatan kualitatif. Adapun teknik pengumpulan data dengan observasi, wawancara dan dokumentasi di Kecamatan Syiah Kuala, Kecamatan Kuta Alam dan Kecamatan Lhueng Bata. Hasil penelitian menunjukkan bahwa resiliensi waria dalam masyarakat dibangun melalui beberapa strategi diantaranya kerja sama dengan organisasi dan LSM, memiliki akses yang adil terhadap sistem peradilan dan mendapatkan perlindungan hukum, memanfaatkan media sosial dan teknologi dan menyebarkan pesan positif tentang keberagaman gender dan terakhir kegiatan edukasi di masyarakat untuk meningkatkan pemahaman tentang keberagaman gender dan mengurangi prasangka serta stereotip negatif terhadap waria. Adapun respon masyarakat kepada waria merupakan perbuatan yang tidak baik karena melanggar kodrat dari Allah Swt dan bertentangan dengan nilai agama dan adat yang dianut oleh masyarakat selama ini. Keberadaan waria menganggap sangat meresahkan masyarakat Banda Aceh, kehadiran para waria ini membawa pengaruh buruk bagi lingkungan sekitar yakni membawa pergaulan yang tidak baik khususnya bagi generasi muda.