Nazaryani, 140303012 (2018) Kemahraman Anak Tiri dalam Alquran menurut Ibnu Katsir dan M.Quraish Shihab. Skripsi thesis, UIN Ar-Raniry Banda Aceh.
Nazaryani.pdf - Published Version
Available under License Creative Commons Attribution.
Download (884kB) | Preview
Form B dan Form D.pdf
Download (382kB) | Preview
Abstract
Ibnu Katsir dan M. Quraish Shihab memiliki perbedaan pendapat dalam memahami kemahraman anak tiri dalam Alquran (QS. Al-Nisa: 23). Ibnu Katsir dalam tafsirannya berpendapat bahwa, anak tiri akan menjadi mahram bagi ayah tirinya dengan syarat ibunya telah didukhul (dicampuri) oleh ayah tirinya, dan mengenai firman Allah yang artinya “anak tiri dalam asuhan” menurut Ibnu Katsir tidak adanya pemahaman sebaliknya terhadap ayat tersebut. Sedangkan M. Quraish Shihab berpendapat bahwa, anak tiri akan menjadi mahram bagi ayah tirinya bila anak tiri tersebut berada dalam asuhan ayah tirinya, karena M. Quraish Shihab berpendapat adanya pemahaman sebaliknya terhadap firman Allah yang artinya “anak tiri dalam asuhan”. Berdasarkan perbedaan pendapat kedua mufasir tesebut, maka timbul lah permasalahan dalam penelitian ini yaitu bagaimana pandangan Ibnu katsir dan M. Quraish Shihab mengenai kemahraman anak tiri secara umum dan mengenai kemahraman anak tiri yang berada dalam asuhan. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan pendapat mufasir serta mencari alasan masing-masing mufasir dalam berhujjah mengenai kemahraman anak tiri. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini ialah metode mauḍū’i (tematik) dan metode muqarin (perbandingan). Teknik analisis penelitian ini ialah deskriptif dan komparatif. Jenis penelitian bersifat studi kepustakaan (library research). Sumber data primer penelitian ini ialah kitab-kitab tafsir seperti Tafsir Alquran al-‘Aẓim, Tafsīr al-Misbah, Tafsir al-Maragi, dan Tafsir al-Munir. Sumber data sekunder dalam penelitian ini ialah buku Metode Penafsiran Alquran, buku serta data pendukung lain juga diperoleh dari buku-buku dan jurnal yang berkaitan dengan kemahraman dan anak tiri. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, alasan Ibnu Katsir berpendapat kemahraman anak tiri akan berlaku dengan syarat ibunya telah dicampuri, karena menurut Ibnu Katsir mengenai firman Allah yang artinya “anak tiri dalam asuhan” tidak dapat dipahami dengan pemahamn sebaliknya karena hal tersebut menunjukkan kebiasaan yang umum terjadi yaitu anak tiri memang berada dalam asuhan ayah tirinya, dan ayat tersebut merupakan ayat yang keluar dari keumumannya (kharaja makihraja ghālib) sehingga ayat tersebut tidak dapat dipahami dengan pemahamn sebaliknya (mafhūm mukhālafah). Sedangkan M. Quraish Shihab berpendapat kemahraman anak tiri akan berlaku bila anak tiri tersebut berada dalam asuhan ayah tirinya, karena M. Quraish Shihab memahaminya berdasarkan redaksional ayat yakni Allah hanya menyebutkan anak tiri dalam asuhan sehingga yang tidak dalam asuhan maka bukan merupakan mahram.
Item Type: | Thesis (Skripsi) |
---|---|
Additional Information: | Pembimbing: 1. Drs. Salman Abdul Muthalib, Lc.,M.Ag; 2. Furqan, Lc.,MA |
Uncontrolled Keywords: | Kemahraman, Anak Tiri |
Subjects: | 200 Religion (Agama) > 297 Islam > 2X4 Fiqih > 2X4.3 Hukum Perkawinan (Munakahat) > 2x4.39 Aspek Munakahat Lainnya |
Divisions: | Fakultas Ushuluddin dan Filsafat > S1 Ilmu Al-Quran dan Tafsir |
Depositing User: | Nazar yani |
Date Deposited: | 12 Sep 2018 09:23 |
Last Modified: | 12 Sep 2018 09:23 |
URI: | https://repository.ar-raniry.ac.id/id/eprint/4763 |