Analisis Keterpenuhan Isi RPP Yang disusun Guru Matematika Di MAN Darussalam Berdasarkan Kurikulum 2013

Dalam rangka penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) di MAN Darussalam, guru bidang studi matematika mengatakan bahwa mereka belum memiliki pengetahuan yang mantap tentang RPP Kurikulum Tahun 2013. Hal ini disebabkan oleh kurangnya pelatihan tentang Kurikulum 2013 dan juga pengarahan serta bimbingan dari pihak sekolah dalam hal penyusunan RPP. Beranjak dari masalah tersebut, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana tingkat keterpenuhan isi RPP yang disusun guru matematika berdasarkan Kurikulum Tahun 2013?; bagaimana terjadinya ketidakterpenuhan isi RPP yang disusun guru matematika berdasarkan Kurikulum Tahun 2013?. Metode yang digunakan adalah metode campuran (mixed method) dengan desain eksplanatori, dimana metode kuantitatif adalah pendekatan utama (mayor appoach) dan kualitatif adalah pendekatan pendukung (secondary approach). Teknik pengumpulan data adalah teknik dokumentasi dan wawancara. Instrumen penelitian menggunakan lembar pedoman pemeriksaan serta pedoman wawancara. Dari hasil analisis data kuantitatif menggunakan persentase deskriptif diperoleh informasi bahwa: (1) secara keseluruhan tingkat keterpenuhan isi RPP guru matematika MAN Darussalam tahun ajaran 2015/2016 termasuk dalam kategori cukup terpenuhi (sebanyak 60% RPP), kurang terpenuhi (sebanyak 30% RPP) dan tidak terpenuhi (sebanyak 10% RPP), belum ada RPP yang termasuk dalam kategori terpenuhi atau sangat terpenuhi, dan (2) secara keseluruhantidak terjadi banyak peningkatan atau penurunan, hanya saja terjadi sedikit penurunan keterpenuhan rumusan indikator (sebesar 10,35%). Hasil analisis data kualitatif melalui penentuan tema diperoleh informasi bahwa ketidak terpenuhan isi RPP guru matematika MAN Darussalam tahun ajaran 2015/2016 disebabkan oleh beberapa hal yaitu: (1) kurangnya pengetahuan tentang penyusunan RPP Kurikulum 2013 yang baik dan benar; (2)RPP harus dikondisikan sesuai dengan media yang masih kurang serta kondisi siswa yang re-aktif; dan (3) kurangnya pengarahan dan bimbingan dalam menyiapkan rencana pembelajaran.